Lagu-lagu rintihan dan dan permohonan yang panjang dari para pencari dan pengelana menceritakan tentang hidup yang penuh dengan kerja keras dan kesetiaan yang dilakukan seiring dengan perjalanan sang waktu. Mereka bekerja dan memegang teguh kesetiaan seolah-olah ada yang mengawasi mereka. Contohnya, ketika terbit fajar, mereka bangun untuk melakukan ibadah dan tafakkur saat pikiran mereka masih bersih dan tenang. Mereka melakukan pekerjaan yang sesuai dengan hati nurani dan datang dari dalam jiwa mereka yang suci.
Dalam perjalanan spiritual, maqam-maqam spiritual itu tak terhitung jumlahnya. Semakin suci jiwa seseorang maka semakin tinggi maqam yang dicapainya. Perkembangan spiritual itu merupakan tahapan yang sangat panjang. Barangsiapa yang mencoba memperpendeknya berarti memperpendek hidup dan jiwa mereka sendiri. Dan tentang lagu-lagu pujian dari orang-orang yang telah mencapai penyatuan dengan Tuhan, saya harus berbicara dalam batasan pengertian -–tentang kecintaan dan kesucian suara mereka yang menarik jiwa-jiwa yang suci, malaikat al-muqarrabin dan tamu-tamu mereka yang hanya Tuhan yang mengetahuinya —orang-orang diam yang nama-nama mereka tersembunyi dari dunia yang dapat dijangkau oleh kecemburuan.
Saat ini kamu mungkin sedang duduk disamping mereka tapi kamu tidak mampu melihatnya. Kamu mungkin bahkan mendengar suaranya, uacapan-ucapannya atau gelak tawanya. Lalu apa yang menjadi penghalang dalam hal ini? Ketika seseorang menderita sakit, maka dia akan menyaksikan sesuatu yang aneh dan ‘ghaib’ yang orang lain tidak dapat melihatnya. Dibandingkan dengan kondisi ini, keadaan-keadaan spiritual jauh lebih halus. Pada kebanyakan orang yang tidak dapat melihat ‘keghaiban’ ini kecuali pada saat sakit, mereka tidak akan mampu menyaksikan kejadian-kejadian spiritual itu kecuali setelah kematian mereka. Orang-orang yang telah mengalami kejadian spiritual akan mengetahui kesucian dan keagungan para wali. Mereka menyaksikan dari fajar subuh, ketika ribuan malaikat dan jiwa-jiwa suci menunggu para wali tersebut. Karena alasan inilah, orang-orang diam akan ragu-ragu –bukan menunggu untuk menghalangi pertemuan itu, atau mengganggu orang-orang yang mereka agungkan.
Setiap pagi, banyak budak yang datang di depan pintu istana sang raja. Masing-masing dari mereka mempunyai keadaan, tugas dan kesetiaan sendiri-sendiri. Di antara mereka ada yang melakukan tugas dari jauh dan Sang Raja tidak melihat maupun memperhatikan mereka. Semua budak tersebut mengetahui siapa di antara mereka yang mempunyai kehormatan karena kehadiran sang raja. Ketika sang raja pergi, para pelayan mendatangi budak itu dari setiap pintu di mana tidak ada jalan yang lebih leluasa lagi untuk melayani sang raja. Mereka lalu menemukan bahwa budak yang satu itu telah menyerap seluruh sikap dan prilaku raja sehingga dia menjadi pendengaran dan penglihatan raja kepada yang lain.
Keadaan ini benar-benar agung, sungguh tak bisa diungkapkan. Keagungannya sendiri tak dapat dijelaskan dalam kata k-e-a-g-u-n-g-a-n. Bahkan jika setitik dari keagungan itu dipercikkan ke dunia ini, hurup K tak akan dapat dituliskan, bunyi K tak akan bisa diucapkan dan bahkan tak akan ada tanda dan simbol yang tersisa. Seluruh kota akan hancur oleh cahaya keagungan itu.
“Para raja, ketika mereka memasuki sebuah kota, hancurkanlah kota itu.”
Seekor unta memasuki sebuah rumah dan rumah itu diruntuhkan, tetapi di dalam reruntuhan itu tersimpan ribuan harta karun.
Hanya di dalam reruntuhanlah harta karun akan ditemukan
Di kota yang maju sekalipun, anjing pemburu tetaplah anjing pemburu
Jika saya telah menjelaskan dengan panjang lebar keadaan para pencari, lalu bagaimana saya akan menjelaskan keadaan orang-orang yang telah menemukan apa yang mereka cari? Mereka tidak mempunyai batas lagi – hanya para pencarilah yang memiliki batas itu. Ujung jalan dari semua pencari adalah pencapaian. Apakah yang mungkin menjadi batas lagi bagi orang-orang telah mencapai penyatuan (dengan Tuhan), sebuah penyatuan tanpa pemisahan? Tak akan ada gandum yang matang yang kembali menjadi gandum muda. Tak akan ada buah yang masak yang kembali menjadi mentah.
Sungguh, tak semestinya dikatakan
Tentang masalah ini kepada laki-laki dan perempuan.
Tetapi sekali NamaMu itu diucapkan, Oh Tuhan,
Maka kata-kata ini akan sampai kepada mereka.
Demi Tuhan, Aku tak akan memperpanjangnya, aku akan memendekkannya.
Hidupku telah aku habiskan, tetapi Engkau mengembalikan
hidup itu menjadi anggur.
Engkau katakan bahwa semuanya telah diserahkan,
tetapi (Engkau) mengambil Jiwa ini sebagai milikMu
Siapapun yang memenggal cerita ini dan memendekkannya, maka dia seolah-olah telah menyimpangkan jalan yang benar lalu menempuh jalan hutan belantara yang menghancurkan kehidupan, dan kemudian mereka berkata, “pohon-pohon ini sepertinya jalan yang membawa kita pulang.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kucoba dulu ah!!!!!!!!!
BalasHapusBisa coba lagi?
BalasHapus@Ian Ipass Sudah bagus kayaknya...
BalasHapuseeeeeeeeeeeeeee
BalasHapusMasih mau lagi........!!!!!!!!!!
BalasHapusKulhuwae lekk.. suweeeennn... heheh,, mampir sob...
BalasHapus